ALAMKU
Kawi tegak berbaris
Berlomba menggapai awan hitam
Berselimut pepohonan pinus
Basah oleh rintik hujan
Air turun meresap kedalam tanah
Lewat rongga-rongga bukit nan subur
Berlomba turun kepancuran
Memberikan kehidupan bagi makhluk
Yang berdiri di bumi
Beribu pohon beratapkan jutaan daun
Memberikan tenpat singgah hewan
Celoteh burung ramaikan alam
Lewat tanah subur yang dihamparkan
Berjuta anak manusia bernak-pinak
Menggantungkan asap dapur darimu
Tak sedetikpun kau mengeluh, kesal
Akan ulah mereka
SEMERU
Semeru membiru diufuk timur
Jadi tirai mentari tuk terbit
Ketika sinarnya lewati dan sinari alam
Tersikap keeolakan yang tertangkap mata
Pohon berlomba menegakkan diri
Hijau, rimbun, berjajar
Hamparan padi yang menguning
Lenggak lenggok batang tertiup angin
Rumput basah oleh titik embun
Kicau burung sambut indahnya pagi
KEMARAU
Kulit hitam legam, memikul pacul
Capil menggantung di punggung
Berjalan melewati pematang, Menembus tirai kabut
Yang tak mampu di tembus sinar matahari
Burung emprit, malas kepakkan sayap
Memilih tidur dalam hangatnya sarang
Angin muson menambah dinginnya pagi ini
Membawa spora
Membawa bakal hidup baru
Tanah kecoklatan merekah, retak, pecah
Padi,rumput,ilalang menguning menanti hujan
DIMUSIM KEMARAU
Mentari merona diufuk barat
Langit cerah bentangkan warna kemerahan
Rumput menguning sembunyikan diri dari panas
Dedaunan gugur ketanah
Burung bangau pulang keperaduan
Capung hilir mudik cari tempat bertengger
Petani giring sapi kembali kekandang
Riuh sorak anak kecil bermain layang-layang
Meriah, hijau, biru berlenggak-lenggok di langit
Langit sore jadi panggung pertarungan
Tertawa, menangis, berkejaran berebut layang-layang
Disetiap sore muism kemarau
KOTA HUTANKU, LIMBAH AIRKU
Gunung tegak berdiri
Hijau oleh pucuk-pucuk pinus,
Yang basah oleh rintik-rintik hujan
Lebat menyelimuti gunung
Air hujan yang mengalir melalui celah-celah batu
Jernih, segar membawa berkah
Namun itu semua semu
Lihatlah, hijaunya pucuk-pucuk pinus
Diganti dengan warna-warni megahnya gedung, rumah,
Seakan berlomba menuju puncak tertinggi
Siapa yang paling tinggi dia yang menang
Airku kini berwarna pelangi dan berbau
Kadang juga membawa emas bagi pemulung
NEGERI MIMPI
Negeri ini katanya negeri impian
Di mana melimpah ruah susu dan madu
Air mengalir bening dari gunung ke lautan
Buah ranum, padi berbulir tepat waktu
Namun semua tinggal kenangan
Seiring embun menguap di bawah terik mentari
Setetes air jadi rebutan
Seiring traktor merambah hutan
Banjir, longsor terus menanti
Seiring sawah menjadi bangunan tegak berdiri
Segenggam beras jadi tak terbeli
Yang tampak
Tangis sedih kehilangan
ALAMKU SAKIT
Ketika pohon-pohon tak lagi berdiri
Ketika gunung tak hijau lagi
Ketika air yang kupakai tak jernih lagi
Apakah alamku sedang sakit?
Hutan gundul air bawa tanah, batu, kayu turun menyapu semuanya
Ketika gunung menggeliat, semua yang ada diatasnya berguguran
Ketika air tak tertampung menyapu semua
Semuanya tak terkecuali... tak pilih kasih...
Sekarang yang tertinggal hanya.....
Sedih, tangis, kehilangan....
PORONG MENANGIS
Ketika ujung bor menusuk perut bumi
Demi perut makhluk pennuh serakah
Siang, malam dentuman bor terus menghujam perut bumi porong
Mengebor, mengambil semua yang ada didalam bumi porong
Kini bumi porong meronta
Muntahkan semua isi perut, lumpur, gas, air jadi satu
Genangi, banjiri jalan, rumah
Tengelamkan rumah, jalan, gedung
Rampas keceriaan anak kecil
Rampas ketenangan, kedamaian
Ya ada kini tinggal tangis bumi porong
0 komentar:
Posting Komentar