ASPIRASI
à masuknya isi lambung atau cairan lambung ke dalam
paru-paru
asam lambung dan makanan (meskipun efeknya tak sehebat efek
asam lambung) masuk ke paru-paru à menyebar ke seluruh paru terutama alveoli à
gangguan pertukaran O2 dan CO2 à jatuh ke keadaan
hipoksia dan sianosis
Efek proteksi paru-paru à batuk disertai
laringospasme, berguna untuk mencegah lebih banyak lagi aspirat yang masuk,
namun berakibat juga penyumbatan saluran nafas
Kasus-kasus yang menyebabkan penurunan efek proteksi
paru-paru :
1.
Pasien dengan gangguan kesadaran oleh narkotika,
anestetika, maupn sedativa yang berlebihan
2.
Pasien dengan koma atau kesadaran menurun karena trauma
kapitis
3.
Pasien dengan gangguan saraf (mis: fraktur vertebra
servikalis), penderita sindrom Guilelenbare (terjadi kelumpuhan otot secara
menyeluruh termasuk otot pernafasan)
4.
Pasien dengan gangguan pernafasan
5.
Pasien dengan distensi abdomen yang sangat hebat (mis:
peritonitis)
Derajat kerusakan yang parah ditentukan oleh:
-
pH aspirat (asam lambung) à
< 2,5
-
Volum aspirat (asam lambung) à
> 25 cc
Walaupun pH
netral, bila volumnya banyak, kerusakan
yang hebat tetap terjadi
Kerusakan paru-paru yang terjadi berupa :
-
Degenerasi epitel bronkus
-
Edema paru
-
Perdarahan di dalam alveoli
-
Terdapat daerah-daerah atelektasis
-
Nekrosis sel alveoli
Setelah aspirat cair masuk ke paru-paru :
-
Dalam 4 jam mulai merusak alveoli
-
Setelah 24 jam terjadi infiltrasi fibrin di
alveoli
-
Dalam 24-36 jam terjadi pengelupasan mukosa
alveoli
-
Setelah 48 jam terbentuk membran hialin di
alveoli à
paru-paru tampak edema dan hemoragik
-
Setelah 72 jam terjadi degenerasi epitel bronkus
à
kerusakan paru yang luas
Aspirat berupa
partikel padat :
-
Besar à obstruksi
-
Kecil à inflamasi dengan pembentukan granuloma dan abses di alveoli dan menempel di dinding
bronkus
Gejala klinik yang tampak :
-
Bronkospasme à pasien tampak sesak
-
Takipnea (nafas dangkal, cepat) à
pasien tampak lelah bernafas
-
Pernafasan cuping hidung (+)
-
Retraksi interkostal suprastrenalis (+)
-
Pasien sianosis, takikardi, hipotensi à
berlanjut dengan syok dan tanda-tanda payah jantung (+)
-
Gejala cardiac
failure (+) :
- Wheezing
di bagian atas paru-paru
- Ronki
yang difus di seluruh bagian paru-paru
-
Foto toraks à gambaran infiltrat
putih besar tersebar di seluruh paru
-
Pemeriksaan gas darah à tekanan O2
menurun à
terjadi ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome) à
kematian
Sindrom Mendelson (Acid Respiratory Pneumonitis) à
karena tidak dilakukan pengosongan lambung
Sindroma Mandelson (pneumonitis aspirasi)
à aspirasi isi lambung pH < 2,5
Gejala:
-
dispneu
-
takikardi
-
edema paru
-
takipneu
-
spasme bronkus
-
hipotensi
Terapi :
1. Bronchial toilet
-
Pasien dipasangi pipa ET
-
Aspirat diisap sampai bersih
-
Posisi kepala lebih rendah daripada kaki
-
Dibantu dengan melakukan bronkoskopi
-
Merupakan indikasi, tetapi risikonya besar
2. Bantuan
pernafasan
-
Aspirasi ringan à pemberian O2
-
Aspirasi berat à pemberian nafas buatan
dengan konsentrasi O2 yang cukup tinggi (100%) melalui pipa trakea
dengan alat bantu mekanis (ventilator / respirator)
-
Pemberian nafas buatan diharapkan dapat
memperbaiki alveoli yang kolaps dan menekan cairan edema di dalam alveoli untuk
masuk ke dalam sirkulasi paru-paru
3. Obat-obatan
bronkodilator, mis: aminofilin
4. ATB
dosis tinggi
5. Bantuan
kardiosirkulasi à
berikan obat-obatan inotropik (+)
6. Pemberian
cairan à
bila pasien hipovolemia
7. Pemberian
kortikosteroid, diharapkan dapat :
-
Menurunkan reaksi radang di alveoli
-
Mempermudah pelepasan O2 dari
eritrosit ke dalam jaringan
-
Mencegah aglutinasi leukosit dalam paru-paru
8. Obat-obatan
untuk mengatasi edema paru
9. Obat-obatan
untuk mengatasi cardiac failure
Pasien aspirasi sebaiknya dirawat di ICU untuk mengevaluasi
keadaan organ-organ penting seperti otak, jantung, paru-paru, dan ginjal
0 komentar:
Posting Komentar